"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia bersunyi-sepi berduaan dengan wanita yang tidak didampingi muhrimnya, sebab bila demikian syetanlah yang menjadi pihak ketiganya." (HR.Ahmad).
Kisah di atas menunjukkan kebenaran sabda Rasulullah saw. tersebut. Tidak akan pernah selamat dari godaan syetan jika tidak berusaha menahan dan menghindarinya. Perbuatan zina yang dilakukan oleh dua sejoli itu memang memalukan. Dia wanita berjilbab tapi bergitu permisif dalam melakukan seks bebas.
Pacaran menjadi biang keladi kemunkaran yang dilakukan dua sejoli itu. Memang, masa pacaran adalah masa ketika rasa suka dan duka tumpah ruah dalam romantika hidup yang tiada tandingan serasa dunia milik sendiri. Hubungan mesra antarlawan jenis sebelum jenjang pernikahan itu hakekatnya memiliki maksud yang terselubung yaitu memperkenalkan pola hidup free sex seperti kasus di atas. Umumnya generasi muda tidak menyadari bahwa pacaran yang mereka jalani adalah sebuah jalan yang menghantarkannya pada aib, kerusakan moral, dan harga diri
yang tergadaikan. Mereka mempersembahkan kehidupannya pada nafsu serakah yang menjadikannya sosok binatang yang bertubuh manusia.
Terlebih lagi Islam sama sekali tidak mengenal pacaran. Islam hanya mengajarkan khitbah dan setelah itu pernikahan. Khitbah adalah upaya memperkenalkan lawan jenis agar saling cocok dengan disaksikan keluarganya (muhrimnya). Dalam khitbah ini antarpasangan diperbolehkan melihat aurat pasangannya dalam batas-batas tertentu. Di luar khitbah, melihat aurat pasangannya adalah terlarang (haram). Setelah khitbah dan keduanya ada kecocokan, dalam arti si wanita menerima khitbah si pria, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama diharuskan segera menikah.
Tidak bisa disangkal, mereka yang berpendidikan agama atau ada di lingkungan keluarga islami, masih ditemukan kasus-kasus perzinaan. Tentu tak terkira lagi jumlahnya mereka yang sengaja hidup meneguk kenikmatan ini karena kehidupannya sudah berpola ke Barat. Semisal para artis atau pengusaha yang menurut pemberitaan media massa sangat dekat dengan dunia pelacuran atau perzinaan. Rasulullah saw. meramalkan, jika itu telah terjadi, maka kiamat semakin dekat.
“Dari Anas ra. Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat itu ialah diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, minum khamer secara terang-terangan, dan maraknya perzinaan”. (Fathul Bari I:178).
Fitnah atau bahaya yang muncul dari pacaran adalah:
a. Kontak pandangan yang bermuatan syahwat.
Hal yang satu ini jelas terlarang kecuali jika tidak disengaja. Namun hal yang mustahil terhindar jika di sekelilingnya lawan jenis, tentu akan sulit menundukkan pandangan.
“Dari Jabir bin Abdillah r.a. ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba, maka Rasulullah menyuruh saya memalingkan pandangan mata saya”. (HR.Muslim).
“Pandangan itu adalah anak panah beracun dari anak-anak panah iblis, siapa saja yang menghindarkannya karena takut kepada Allah, ia akan dikaruniai oleh Allah keimanan yang terasa manis di dalam hatinya”. (HR. Hakim).
b. Kontak fisik
Sangat sulit menghindari kontak fisik jika bergerombol bercampur-baur dengan lawan jenis. Padahal
Rasulullah saw. mengharamkan bersentuhan kulit antarlawan jenis.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya salah seorang di antaramu ditikam dari kepalanya dengan jarum dari besi, adalah lebih baik daripada menyentuh seseorang yang bukan muhrimnya”. (HR.Tabrani).
“Tangan Rasulullah saw tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan di dalam bai’at, bai’at Rasulullah dengan mereka adalah berupa ucapan.” (HR.Bukhori).
Dengan demikian bisa dimengerti mengapa Rasulullah Saw melarang ikhtilat atau campur baur antarlawan jenis.
c. Zina
Zina, lacur, atau hubungan intim luar nikah adalah suatu perilaku nista dan terkutuk yang merupakan aib yang teramat besar di hadapan Allah swt. Sebuah perbuatan yang mengandung dosa besar. Tidak ada yang bisa mengampuni atau menghapus dosanya ini selain taubat yang sungguh-sungguh dan jika di negara Islam ia sanggup menerima hukuman berupa rajam atau jilid. Perbuatan ini sering terjadi dengan atas nama pacaran.
Memang syetan tidak akan sekaligus menjerumuskan manusia, melainkan setahap demi setahap seperti pada kisah di atas. Bisikan iblis sungguh berbisa. Tak henti-hentinya menggoda manusia dari segala penjuru baik depan-belakang maupun kanan-kiri (QS. Al-A’raf: 16-17). Jika satu arah tidak bisa ditundukkan, maka ia akan senantiasa mencari arah lain hingga manusia benar-benar disesatkannya. Jika sulit dicegah untuk berbuat baik, maka syetan tetap akan menggodanya dengan cara lain.
Rasulullah saw. bersabda:
”Dalam hati manusia itu ada dua bisikan. Pertama, bisikan Malaikat. Yaitu bisikan yang selalu mendorong untuk berbuat baik, meyakinkan yang benar. Barangsiapa yang merasakan hal itu dalam hatinya, ketahuilah bahwa bisikan itu diridlai Allah. Kedua, bisikan dari syetan (musuh manusia). Yaitu bisikan yang selalu mendorong untuk berbuat jahat dan mendustakan kebenaran serta melarang manusia untuk berbuat baik. Barangsiapa yang merasakan hal itu dalam hatinya, maka segerakan berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk. Kemudian (Rasulullah) mengutip firman Allah Ta’ala (al-Baqarah: 268) ”Syetan itu akan selalu menjerumuskan manusia pada kefakiran dan menyuruh kamu untuk selalu berbuat jahat. (Ihyaa ‘Ulumuddin).
Hadits ini memberikan peringatan pada manusia untuk senantiasa hati-hati dari setiap bisikan syetan. Setiap kali ada dorongan untuk berbuat jahat, Rasulullah memerintahkan untuk segera berlindung pada Allah. Artinya segera berpaling dari bisikan jahat itu dan kembali menuju kebenaran.
Makna bisikan syetan pada Hadits tersebut sebenarnya bukan hanya bisikan dalam arti dari makhluk ghaib yang namanya iblis atau syetan saja. Tapi juga dari syetan dalam wujud manusia. Hal ini sesuai dengan penjelasan Allah dalam Surat An-Nas ayat ke-5 bahwa syetan (pembisik jahat) itu ada dua yaitu dari golongan jin (iblis) dan dari golongan manusia. Yaitu manusia yang bermental iblis. Dalam berpacaran dia tahu si laki-laki yang berperan sebagai syetan atau sebaliknya.
Salam Ikhlas Tizar Rahmawan
Tampilkan postingan dengan label cerita Remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita Remaja. Tampilkan semua postingan
Senin, 30 Agustus 2010
Minggu, 29 Agustus 2010
AIDS Sebuah Laknat (ULASAN kisah ke-3)
Begitu tragis; masih muda, terbaring tak berdaya, detik-detik kematian di depan mata. Itulah akibat buah terlarang. Tergiur kenikmatan sesaat, menanggung akibat yang memalukan dan menghancurkan masa depan. Perbuatan seperti pada kisah di atas memang layak mendapat AIDS karena perbuatannya di luar batas norma masyarakat maupun agama. Free sex menjadi lumrah bagi dia, maka AIDS pun menjadi hal yang wajar sebagai balasan perbuatannya.
Islam memandang bahwa AIDS adalah suatu laknat. Bahkan munculnya penyakit ini telah diramal oleh Rasulullah ribuan tahun lalu. Sebagaimana sabdanya:
“Tiada lahir suatu fakhisyah (perbuatan menjijikkan, keji atau kotor/zina) yang merajalela di suatu kaum dan dilakukan secara terang-terangan, kecuali Allah akan menimpakan pada mereka penyakit menular yang belum ada sebelumnya” (HR. Tabrani dan Hakim).
Sementara itu al-Quran sendiri menilai bahwa manusia yang menuruti hawa nafsunya tidak lebih dari binatang bahkan bisa lebih. Maka munculnya AIDS erat
kaitannya dengan perilaku binatang yang dilakukan manusia. Allah swt. berfirman:
"Terangkan kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu bisa menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat dari binatang ternak". (QS. Al-Furqon: 43-44).
Setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Kronologis penemuan AIDS adalah: Dr. Luc Montagnier dari Institut Paster Prancis, menemukan sejenis virus pada penderita yang mengalami kelumpuhan kekebalan dan gejala Lympha Dhinophaty Syndrome. Ia menamakan virus tersebut dengan "Lympha Dinophati Asosiated" (LAV). Menyusul kemudian Dr. Robert Gallo tahun 1984 dari National Institute of Health Amerika Serikat menemukan virus yang sama pada penderita dengan kekebalan menurun. Ia menamakan "Human T. Cell Lymphatropic Virus tipe III" (HLTV III).
Untuk menghindari kemungkinan pertentangan mengenai dua nama tersebut, mana yang akan disetujui WHO atau dunia internasional. Maka atas prakarsa WHO (Word Healt Organization) yang didasarkan pada keputusan yang
diambil dari komisi ahli Virologi pada pertemuan "Committee on Taxonomi of Virus" memberikan nama baru untuk kedua penemuan di atas menjadi "Human Immunedeficiency Virus" (HIV). Nama ini dipakai secara resmi hingga sekarang.
HIV dikenal sebagai virus penyebab AIDS. Masa tunas virus AIDS (HIV) menjadi AIDS. Atau jangka waktu setelah terjadinya penularan sampai dengan timbulnya gejala penyakit berkisar 1-9 tahun atau 1-10 tahun. HIV dalam tubuh manusia menyerang sel darah merah yaitu limposit T-4 yang sangat berperan penting dalam pengaturan sistim kekebalan tubuh (imunitas).
Cara penularan HIV adalah kontak seksual dengan gonta-ganti mitra seks, baik homoseks, biseks atau heteroseksual merupakan cara yang paling rawan penularan AIDS. Selain itu transfusi darah, donor organ (trasplantasi), melalui alat-alat medis yang tidak steril, ibu hamil terhadap anaknya, juga disinyalir lewat cairan tubuh lainnya seperti; semen (air mani), serviks (cairan vagina), darah, air liur, air mata, keringat, dan air susu ibu.
Ketika HIV sedang menjalani masa inkubasi, maka perlahan-lahan namun pasti kekebalan mulai menurun, seiring dengan keadaan tersebut gejala-gejala pada fisik mulai kelihatan seperti demam, berkeringat malam hari,
badan cepat lesu, nafsu makan menurun, badan kurus, mudah terserang flu, mencret, bercak-bercak putih, dan timbul penyakit paru-paru. Gejala ini tidak akan sembuh bahkan akan semakin kronis sejalan dengan semakin kurangnya sistim kekebalan. Ketika masa inkubasi hampir habis dan si penderita siap terjangkit AIDS, maka gejala AIDS mulai nampak seperti pembengkakan getah bening, tumor kulit (Kopassi Sarcoma bercak-becak merah kebiru-biruan pada kulit atau kanker kulit), infeksi paru-paru, jamur di rongga mulut dan lain-lainSalam Ikhlas Tizar Rahmawan
Sabtu, 28 Agustus 2010
Akibat Kegagalan Fungsi Keluarga (ULASAN Kisah 1)
“Dan hendaklah kalian takut jika meninggalkan di belakang kalian keturunan yang lemah (moral)”. (QS. An-Nisaa: 9).
Kisah di atas menunjukkan kegagalan fungsi keluarga sebagai kontrol terhadap gerak langkah anak-anak muda. Para orang tua telah gagal memberikan pendidikan agama yang benar. Parahnya, orang tua sendiri cenderung terbawa arus modern. Kedua orang tua bekerja dan anak dibiarkan menentukan pendidikan dan panutannya sendiri. Atau mungkin ibu ada di rumah, namun ia tidak menerapkan pendidikan akhlak di keluarga bahkan secara tidak langsung, anak disuruh menyesuaikan diri dengan dunia modern. Mereka disediakan kamar sendiri dengan seperangkat video game dan komputer yang memungkinkan anak menemukan celah-celah buruk dari media tersebut berupa pornografi, kekerasan dan penghamburan waktu tanpa kontrol dari orang tua.
Hal ini sangat berbahaya bagi para remaja. Mereka terombang-ambing di antara nilai ganda (double value). Di satu sisi mereka dididik terus rajin, disiplin, sopan santun,
dan tidak boleh ini-itu, tapi pada kenyataannya berbagai tayangan media massa sarat dengan kekerasan dan pornografi. Sehingga bisa jadi mereka lugu, sopan dan penurut, namun di luar mereka beringas terbawa arus lingkungan yang tidak sehat.
Sedangkan masa remaja merupakan masa transisi. Menurut Dr. Umar Hasyim (1995), bahwa keadaan ini merupakan masa berbahaya baginya sebab ia mengalami hidup di dua alam, yakni alam khayalan dan alam nyata, di mana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik. Masa transisi merupakan masa perpindahan alam khayalan ke alam nyata yang mana banyak remaja berkhayal bahwa dirinya seorang super hero di segala hal.
Pada masa tersebut sering muncul keinginan untuk menunjukkan sikap-sikap berani, ingin diperhatikan orang yang sebenarnya sifat-sifat pada permulaannya hanya sifat yang demonstratif untuk menyembunyikan kegelisahan yang belum dikenalnya.
Dalam kondisi seperti itu, remaja memerlukan “subyek moral” orang dewasa yang dikaguminya. Anak remaja cenderung mengidentifikasi orang dewasa dalam berbagai hal yang dikaguminya seperti cara berpakaian, cara bergaul, sikap, sifat, dan cara berpikir.
Maka peran orang tua dalam masa ini sangat diperlukan dalam memberikan arahan dan petunjuk ke arah identitas yang Islami. Hal ini sebaiknya (seharusnya) ditempuh dari semenjak anak masih kecil hingga menemukan kedewasaannya, mengingat didikan lain dadakan perlu kontinyuitas dan kesungguhan.
Namun disayangkan, rumah kaum muslimin saat ini telah bergeser fungsi dari lembaga pendidikan informal tempat mendidikkan putra-putrinya menjadi anak shaleh, berubah fungsi menjadi bioskop, restoran atau hotel. Rumah tak ubahnya seperti bioskop, sekedar tempat nonton televisi. Rumah juga tak ubahnya sebagai hotel, hanya sekedar tempat tidur dan tak ubanya restoran hanya sekedar tempat makan. Sementara itu ruh dari rumah itu sendiri yaitu pendidikan akhlak dan aqidah sudah sangat jarang diberikan di rumah. Akibatnya, ketika anak keluar rumah, tak ubahnya sosok kuda yang kehilangan kendali.
Hal ini diperparah minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam sebagai akibat dikuranginya jam pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Faktor ini merupakan realitas yang menyakitkan. Betapa di negara yang mayoritas Islam yang seharusnya syari’at Islam dijunjung tinggi, tapi kenyataannya justru dipinggirkan. Akibatnya
generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan arah dalam menentukan sikap.
Oleh karena itu, kasus pesta seks dan narkoba yang dilakukan anak-anak ingusan seperti pada kisah di atas, akar permasalahannya adalah krisis moral atau krisis akhlakul karimah dalam jiwa remaja masa kini. Betapa tidak, waktu mereka untuk belajar agama sangat sempit digeser oleh berbagai jenis hiburan dan tayangan acara televisi yang menghabiskan waktu dengan materi yang tidak mendidik di samping kontrol orang tua yang sangat minim. Saatnya kita merenungkan firman Allah swt. di atas.
Langganan:
Postingan (Atom)