Senin, 20 September 2010

Gerakan - Gerakan Brain Gym Untuk Bayi


Gerakan Silang Usia 0-3 Bulan
- Gerakan silang diberikan dalam posisi telentang.
- Tangan kiri digerakkan dengan kaki kanan dan sebaliknya.
- Di akhir usia 3 bulan, bayi harus bisa membolak-balikkan badan.
- Stimulasi gerak silang dapat merangsang kekuatan otot tangan.

Gerakan Silang Usia 4-8 Bulan
- Bayi mulai berusaha meraih benda yang ada dihadapanya.
- Stimulasi gerak silang mengkondisikan otak kanan dan kiri bayi untuk melatih koordinasi mata dan gerak motoriknya. Dengan adanya koordinasi tersebut, bayi dapat meraih benda di dekatnya.

Gerakan Brain Gym Usia 6-12 Bulan
- Tekan saklar otak
gerakan saklar otak dilakukan dengan

memijit dua titik di bawah clavicular kiri-kanan atau tul­ang di bawah leher. Sementara tangan lain memegang pusar. Ini bertujuan me­ng­aktifkan sisi otak kiri dan kanan, se­hingga meningkatkan energi ke mata.
- Tekan tombol angkasa
Selanjutnya, gerakan tombol angkasa yang memijat titik di atas bibir bawah dan ta­ngan lain memegang tulang ekor meng­ak­tifkan energi ke otak, menyeimbangkan ke­mampuan melihat jauh dan dekat, serta menyeimbangkan emosi.
- Tekan tombol bumi
dengan memijit titik di bawah bibir dan tangan lain di tulang kemaluan. Gunanya untuk mengaktifkan energi di otak tengah yang dapat menyeimbangkan emosi, mengasah kemampuan anak menengok dimensi atas dan bawah.
- Lakukan gerakan homolateral
dengan menggerakkan kaki kiri dengan tangan kiri--bergantian dengan sisi yang lain--secara pasif. Gerakan ini bermanfaat untuk mengaktifkan spesialisasi otak kiri dan kanan serta lateralisasi yang tercermin dari kemampuan anak memakai baju sendiri, lempar-tangkap bola, menggambar, komunikasi, dan bernapas.

Brain Gym Usia 13-24 Bulan
- Lakukan saklar otak, tombol angkasa, tombol bumi, dan homolateral.
- Gerakan silang
fokus pada bahu dan panggul dengan cara menggerakkan kaki kiri dan tangan kiri menyilang ke kanan bergantian dengan sisi sebaliknya. Ini berguna untuk mengaktifkan otak kiri dan kanan secara simultan seraya menyeimbangkan fungsi kedua belahan otak tersebut.

Sumber:
- Dr. Attila Dewanti SpA dari Klinik Khusus Tumbuh Kembang / Kepala Klinik Neurologi Anak RSAB Harapan Kita, Jakarta
- Lely Tobing, Principal Twinkle Star

Minggu, 19 September 2010

What is brain gym?

Brain Gym can help you to:
  • Learn anything faster & more easily
  • Be more focused & organised
  • Overcome learning difficulties (ADD & ADHD)
  • Reach new levels of excellence
  • Start & finish projects with ease



What is Brain Gym?

Brain Gym is a program of 26 physical movements that enhance learning & performance in all areas. Developed in the 1970's through the work of educators Dr.Paul & Gail Dennison in response to their quest to seek more effective ways to help children & adults with learning difficulties. Brain Gym is an innovative new approach to learning that was drawn from a wide body of research from developmental specialists focused on the role that physical movements played in enhancing learningabilities. Brain Gym has received world wide appraise & is now used in more than 80 countries,taught is thousands of schools & in areas as diverse as the performing arts,athletics & the corporate world. Brain Gym is similar & different to other movement programs in that Brain Gym helps to increase flexibility & coordination, but differs from other programs because it also provides specific activities to facilitate brain function for physical skills required for activities such as reading, writing & spelling.

SENAM OTAK Cara Lain Mengatasi Anak Sulit Belajar

Ternyata, agar berfungsi dengan optimal, otak bisa "diajak bersenam".
Apalagi, bila si kecil termasuk anak yang mengalami kesulitan dalam
belajar. Tentu saja, gerakan yang dilakukan tidak boleh
sembarangan.Senam otak (brain gym) adalah rangkaian latihan gerakan
sederhana yang dilakukan untuk memudahkan kegiatan belajar. Rangkaian
gerakan yang dilakukan bisa memperbaiki konsentrasi belajar si kecil,
meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi belajar, serta
membuatnya lebih mampu mengendalikan stres. Itulah sebabnya, latian
ini cocok untuk si kecil, terutama untuk menunjang belajarnya di
sekolah.Cuma itu ? Tentu saja tidak. Senam otak juga sangat praktis,
karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
Porsi latihan yang tepat adalah

sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3
kali dalam sehari.Latihan-latihan senam otak ini adalah inti dari
Educational Kinesiology. Sebenarnya, education berasal dari kata
latin, yakni educare; yang berarti menarik keluar. Sementara itu,
kinesiology berasal dari bahasa Yunani, yakni kinesis, artinya
gerakan. Jadi kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia.

Educational Kinesiology, untuk selanjutnya disingkat Edu-Kinestetik,
merupakan metode yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, seorang
pendidik di Amerika, Direktur Valley Remedial Group Learning Center.
Metode yang diciptakannya ini bertujuan untuk menolong para pelajar
agar memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah (yang terpendam)
melalui gerakan tubuh dan sentuhan. Apalagi, ditemukan bahwa beberapa
anak berusaha terlalu keras, sehingga mekanisme integrasi otaknya
justru dilemahkan. Akibatnya, anak malah mengalami hambatan dan
kesulitan dalam belajar. Padahal, sebenarnya integrasi otak
diperlukan agar kegiatan belajarnya utuh.

Senam ini sebaiknya dilakukan ketika si kecil berusia 6 tahun. Sebab,
pada usia ini biasanya ia sudah dapat memberi respons terhadap apa
yang diinginkan oleh orang lain. Kalau pun tidak mampu merespons, ia
tetap dapat melakukan senam secara pasif. Artinya, dalam posisi
berbaring, si kecil tetap dapat dituntun untuk melakukan berbagai
gerakan.

Menulusuri sistem kerja otak

Otak memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Karena, organ yang beratnya 1400 gram dan memiliki volume
sekitar 230 cm3 ini merupakan pusat pengendali berbagai aktivitas
fisik maupun mental. Boleh dibilang, sistem kerja organ yang satu ini
memang begitu kompleks.

Otak itu sendiri merupakan kumpulan jaringan syaraf yang terlindungi
di dalam tengkorak. Jaringan syaraf yang tersusun dari bermilyar-
milyar neuron (sel syaraf) ini terbagi menjadi dua, yakni otak besar
(serebrum) yang terdiri dari belahan otak kanan dan kiri dan otak
kecil (serebelum).

Otak juga memiliki sistem komunikasi yang dapat bereaksi cepat dalam
mengorganisasikan dan merencanakan respons terhadap informasi atau
rangsangan yang masuk. Ketika informasi masuk, neuron (kesatuan
syaraf) akan "menelepon" neuron lainnya, "temannya". Mula-mula pesan
akan diterima oleh dendrit (serabut pada neuron). Lalu, impuls pesan
tersebut disalurkan melalui "kabel telepon", yakni sepanjang akson
(bagian dari neuron yang menyerupai batang). Selanjutnya, akson akan
meneruskan impuls ke sinaps, yakni serabut yang merupakan tempat
pertemuan antar-neuron yang hendak menyampaikan impuls pada neuron
lain. Dari sinaps, pesan berpindah ke dendrit yang terdapat pada
neuron lain. Proses penyampaian pesan seperti ini akan membentuk
respons, ingatan atau pikiran seseorang.

Masalahnya, seringkali informasi yang diterima otak tidak dapat
diekspresikan kembali secara utuh. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan
apa yang telah dipelajari akan menimbulkan perasaan gagal dan stres,
sehingga semangat belajar si kecil pun berkurang. Bila ia kurang
belajar, tentu prestasinya akan kian merosot dan perasaan gagal akan
terus mendera. Karena itulah, otak si kecil perlu juga diajak
bersenam.

Senam otak bertujuan untuk mengaktifkan potensi belahan otak
(hemisfer) kanan dan kiri, sehingga pada akhirnya terjadi integrasi
atau kerja sama antar keduanya. Secara garis besar, hemisfer kiri
digunakan untuk berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara,
serta berorientasi pada waktu dan hal-hal yang terinci. Sementara
hemisfer kanan digunakan untuk hal-hal yang intuitif, merasakan,
bermusik, menari, kreatif, dan sebagainya. Selain itu hemisfer kiri
akan mengatur badan, mata dan telinga kanan, serta hemisfer kanan
akan mengontrol badan, mata dan telinga kiri. Nah, kedua hemisfer
ini "disambung" dengan corpus callosum, yakni simpul saraf kompleks
dimana terjadi transmisi informasi antar-belahan otak. Bila sirkuit-
sirkuit informasi dari kedua belahan otak cepat menyilang, maka
kemampuan belajar anak bisa "dibangkitkan". Untuk membaca dengan
lancar, menulis dengan benar, mendengarkan dan berpikir pada saat
yang sama, kita memang harus mampu "menyeberang garis tengah" yang
menghubungkan otak bagian kiri dan kanan. Itu sebabnya, anak yang
disleksia (kesulitan membaca), disgrafia (kesulitan menulis), tidak
percaya diri, cenderung menarik diri dari pergaulan, atau hiperaktif
(terlalu aktif), dapat juga "diaktifkan" melalui senam otak ini.

PACE, kesiapan untuk belajar
Sebelum si kecil mulai belajar apapun, ia harus menjalani PACE. PACE
adalah empat keadaan yang diperlukan untuk belajar dengan menggunakan
seluruh otak, dan
PACE itu sendiri merupakan singkatan dari Positif,
Aktif, Clear (jelas) dan
Energitis
Untuk melakukan PACE ini, si kecil
harus memulainya dari Energetis
(minum air), Clear (melakukan pijatan
saklar otak), Aktif (melakukan gerakan
silang), serta Positif
(melakukan Hook Ups).


Minum Air
Minum air putih dalam jumlah cukup banyak, yaitu
0,3 - 0,4 liter / 10 kg Berat Badan (BB) sehari, kalau anak sedang
belajar. Misalnya saja, dengan BB 50 kg, ia harus minum sekitar 1,5 -
2 liter / hari. Namun, Kalau ia sedang sakit atau banyak berkeringat,
jumlah air putih yang diminumnya harus bertambah lagi, yakni menjadi
0,6 liter / 10 kg BB. Jadi, ia harus minum air sekitar 3 liter.

Air mempunyai banyak fungsi dalam badan untuk menunjang belajar anak.
Di antaranya adalah, darah lebih banyak menerima zat asam yang
diperlukan untuk belajar, melepas protein yang diperlukan untuk
belajar hal baru, melarutkan garam yang mengoptimalkan fungsi energi
listrik tubuh untuk membawa informasi ke otak, serta mengaktifkan
sistem limpa. Limpa berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi, hormon,
dan sebagai saluran pembuangan.

Memijat saklar otak
Pijatan ini memiliki beberapa manfaat
yakni mengkoordinasi kedua belahan otak, meningkatkan kelancaran
aliran darah (zat asam) ke otak, meningkatkan keseimbangan badan,
serta meningkatkan kerja sama antar-kedua mata, sehingga dapat
mengurangi kejulingan.

Pijatan pada titik ini akan meningkatkan peredaran darah ke otak.
Berat otak kira-kira 1/50 dari berat badan, namun untuk berfungsi
optimal diperlukan 1/5 dari peredaran darah. Sementara itu, tangan di
pusat (perut) menyeimbangkan impuls-impuls yang berhubungan dengan
telinga bagian dalam dan berpengaruh pada kemampuan belajar.

Memijit Saklar Otak: Pijat lekukan di bawah tulang selangka, yakni di
kiri dan kana dari bidang dada. Sementara tangan lainnya menggosok
daerah pusat. Sambil melakukan latihan, gerakkan mata ke atas-bawah
dan kiri-kanan

Gerakan Silang
Otak mengapung di dalam cairan otak. Dan,
cairan otak ini memiliki beberapa fungsi, seperti melindungi otak
dari gegar otak, di samping berfungsi secara elektris. Seperti halnya
baterai mobil, otak manusia juga memerlukan sejenis alat elektro
kimiawi, agar arus listriknya dapat mengalir. Jika aliran cairan otak
tersendat-sendat, berarti telah terjadi ketidakseimbangan dalam
aliran informasi di otak. Hal ini juga berkaitan dengan sistem
informasi antar otak dan badan yang dapat terhambat koordinasinya.
Gerakan silang melancarkan peredaran cairan otak, sehingga gangguan
tersebut hilang.

Belahan otak kanan mengontrol belahan tubuh kiri, demikian juga
sebalikanya. Di samping itu, terdapat bagian otak dengan fungsi
tertentu, seperti menyangkut fungsi intelektual, kontrol otak, dan
emosi.

Perkembangan bayi normal mengarah pada koordinasi kiri dan kanan yang
makin serasi. Hal ini merupakan dasar pertumbuhan intelektual dan
mental. Gerakan yang sangat menunjang pertumbuhan itu adalah gerakan
merangkak. Dasar gerakan inilah yang merupakan awal fungsi koordinasi
keseimbangan.

Gerakan silang sangat bermanfaat bagi anak yang sulit belajar atau
yang mengalami kesulitan koordinasi. Gerakan ini memang memiliki
berbagai manfaat, seperti meningkatkan daya ingat dan daya pikir,
membuat pikiran lebih jernih dan meningkatkan koordinasi tubuh, dan
sebagainya.

Gerakan Silang prinsipnya adalah mempertemukan anggota gerak bagian kiri dan kana, misalnya tangan kiri dengan kaki kana. Agar koordinasi gerak ini lebih "terasa", tangan kanan di samping tubuh. Sebenarnya, setiap gerakan silang merupakan sejenis gerak jalan yang lebih disengaja. Lakukan latihan beberapa kali dalam sehari selama 2-3 menit. Mulailah dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan bagian tubuh yang bergerak dan tidak bergerak

Hook Ups
Latihan ini menghubungkan semua lingkungan fungsi
bio listrik tubuh. Kekacauan aliran energi dapat diatur kembali bila
energi beredar dengan lancar di bagian tubuh yang tadinya tegang.
Manfaatnya adalah si kecil menjadi lebih percaya diri, dan
perhatiannya akan lebih seksama.

Gerakan menyentuh ujung-ujung jari tangan akan menyeimbangkan dan
menghubungkan dua belahan otak. Ditambah dengan menempatkan lidah di
langit-langit mulut, maka perhatian dipusatkan pada otak bagian
tengah. Emosi di dalam sistem limbik (yang bertanggung jawab terhadap
informasi emosional dan otak besar untuk berpikir abstrak)
dihubungkan dengan otak bagian dahi, sehingga orang lebih seimbang
dan lebih mampu menyesuaikan dengan tuntutan belajar

Gerakan ini bisa dilakukan dalam posisi duduk, berbaring atau berdiri. Mata kaki kiri
disilangkan di atas kaki kanan. Tangan dijulurkan ke depan dan
disilangkan dengan posisi tangan kiri di atas tangan kanan dan jempol
ke arah bawah. Lalu, tangan diputar ke bawah dan ditarik sampai di
muka dada, sehingga jempol ke arah atas. Tutup mata dan tarik napas
dalam-dalam dengan lidah ditempelkan di langit-langit mulut sekitar 1
cm di belakang gigi.Buang napas panjang melalui mulut, dan lidah
lepaskan lagi. b. Kedua kaki agak meregang. Ujung-ujung jari kedua
tangan disambung dengan halus di depan dada, lalu lakukan napas dalam
selama 1 menit.

Beda dimensi, beda gerakan
Otak itu sendiri dibagi menjadi 3 dimensi, yakni dimensi lateralis
(otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan belakang), serta
dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Masing-masing dimensi memiliki
tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang harus dilakukan si kecil
juga bervariasi.

Dimensi lateralitas

Otak terdiri atas dua bagian, yakni kiri dan kanan, di mana masing-
masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Bila kerja sama antara
otak kiri dan kanan kurang baik, anak sulit membedakan antara kiri
dan kanan, gerakannya kaku, tulisan tangannya jelek atau cenderung
menulis huruf terbalik, sulit membaca dan menulis, mengikuti sesuatu
dengan mata, sulit menggerakkan mata tanpa mengikutinya dengan
kepala, tangan miring ke dalam ketika menulis, cenderung melihat ke
bawah sambil berpikir, keliru dengan huruf (seperti d dan b, p dan
q), serta menyebut kata sambil menulis.

Beberapa gerakan untuk dimensi ini adalah 8 Tidur dan Gajah

8 Tidur Berdiri dengan kaki agak meregang dan kepala menghadap ke
depan. Angkat tangan ke depan dan kepalkan, dengan posisi jempol
dalam keadaan mengacung. Gerakan dimulai dengan menaikkan jempol ke
kiri atas, dan turun ke bawah, lalu kembali ke titik awal. Hal yang
sama dilakukan pada sisi kana. Seiring dengan itu, mata mengikuti
gerakan yang sama. Ulangi gerakan sebanyak 5 kali untuk masing-masing
tangan, dan kedua tangan secara bersamaan. Manfaat : mengaktifkan
kerja sama kedua belahan otak, meningkatkan kemampuan penglihatan,
juga membedakan dan menghafal simbol, serta menghilangkan kekeliruan
dalam membedakan huruf. Gajah:Seperti posisi gerakan 8 tidur, tetapi
kedua lutut sedikit ditekuk. Angkat tangan kiri lurus ke depan dengan
telapak tangan dalam keadaan terbuka, kemudian letakkan telinga di
atas bahu. Bayangkan tangan seolah-olah merupakan belalai gajah yang
bersatu dengan kepala. Lalu, mulailah membentuk angka 8 tidur. Mata
harus mengikuti gerakan tersebut. Lakukan gerakan ini, sekitar 10
kali untuk setiap tangan. Manfaat : mengaktifkan telinga bagian dalam
yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh, mengkoordinasikan otak
untuk mengaktifkan kedua telinga dan mata, mengendurkan otot tengkuk,
meningkatkan daya ingat, dan koordinasi tubuh bagian atas dan bawah.

Dimensi pemfokusan

Pemfokusan adalah kemampuan untuk menyeberang "garis tengah
keterlibatan" yang memisahkan otak bagian belakang dan depan.
Informasi diterima oleh otak bagian belakang yang merekam semua
pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke otak bagian
depan untuk mengekspresikannya sesuai tuntutan atau keinginannya.

Bila si kecil takut, gugup atau mengalami stres saat belajar, secara
refleks energi ditarik ke otak bagian belakang, sehingga otak bagian
depan mengalami kekurangan energi. Akibatnya, jawaban yang tadinya
sudah siap, tiba-tiba "terlupa" atau tidak mampu dijawabn dengan
sempurna. Refleks alamiah ini muncul bila seseorang merasa dirinya
dalam keadaan bahaya atau terancam hidupnya. Tidak ada waktu untuk
berpikir, namun ia harus segera "berjuang dan melarikan diri". Karena
itu, tubuh akan segera menegangkan otot-otot dan memperpendek tendon
atau urat-urat di tubuh bagian belakang dari kepala sampai ke ke
kaki. Hal ini akan berpengaruh pada sikap tubuh dan mengacaukan
keseimbangan di dalam telinga dan orientasi gerak.

Bila tubuh telah terbiasa dengan refleksi pelindung tendon tersebut,
maka sulit untuk menghilangkannya. Gerakan meregangkan otot telah
terbukti efektif dalam mengendorkan urat dan otot sehingga energi
dapat mengalir sampai di otak bagian depan yang menunjang kemampuan
memahami, mengontrol gerakan dan tingkah laku yang logis untuk
melibatkan diri dalam kegiatan sosial.

Ciri khas jika otak bagian depan dan belakang kurang bekerja sama
adalah otot tengkuk dan bahu tegang, kurang bersemangat untuk
belajar, serta reaksi pelan. Lalu hambatam otak bagian belakang
berupa anak terlalu aktif, konsentrasi dan analisis anak dalam
rentang yang terlalu pendek, terlalu terinci, kurang fleksibel,
kadang-kadang agresif, kurang rileks atau istirahat untuk memikirkan
sesuatu lebih luas. Hambatan otak bagian depan berupa anak pasif,
melamun, bila stres bingung, hipoaktif (kurang aktif), serta
kemampuan untuk memperhatikan kurang, namun perasaan dan suasana
(merekam dengan jelas).

Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Burung Hantu.
Burung Hantu Berdiri dengan kedua kaki meregang. Letakkan telapak
tangan kiri pada bahu kanan, sementara tangan kanan dibiarkan
bebas.Sambil menengok ke kiri dan kanan, telapak tangan kiri "meremas-
remas" bahu. Tarik napas pada saat kepala menghadap lurus ke depan,
lalu buang napas ketika kepala ke samping. Ulangi untuk tangan
lainnya. Lakukan latihan sebanyak 10 kali.Manfaat : mengkoordinasikan
pendengaran, penglihatan dan gerakan tubuh; meningkatkan konsentrasi
dan sebagainya.

Abjad 8:Alfabet yang dibuat berdasarkan 8 tidur ini dapat dilakukan
anak dengan dua tangan (jarinya "dikunci") bersama di udara dan di
papan tulis agar otot-otot besar di tangan, bahudan dada diaktifkan.
Kemudian, 8 tiudr digambarkan lebih kecil di kertas atau buku tulis
dan diikutinya dengan alat tulis. Tulislah 8 tidur beberapa kali,
lalu sambunglah dengan satu huruf pilihan, kemudian diteruskan lagi
dengan beberapa gerakan 8 tidur.Manfaat : mengaktifkan kedua belahan
otak, menunjang koordinasi tangan-mata, dapat membedakan dan
menghafal symbol dan huruf, dan sebagainya.

Dimensi pemusatan

Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberang garis pemisah antara
tubuh bagian bawah dan atas sesuai dengan fungsi-fungsi otak bagian
bawah dan atas, yaitu sistem limbik. Apa yang dipelajari harus dapat
dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti. Bila kerja sama antar-
otak besar dan sistem limbik terganggu, si kecil sulit merasakan
emosi atau mengekspresikannya, cenderung bertingkah laku "berjuang
atau melarikan diri" serta dapat mengalami ketakutan yang berlebihan.
Dalam keadaan stres, tegangan listrik berkurang di otak besar,
sehingga fungsinya pun terganggu.

Tubuh manusia adalah satu sistem listrik yang sangat kompleks. Semua
kesan dan masukan melalui mata, telinga dan gerakan diubah ke dalam
sinyal listrik dan diteruskan melalui serabut saraf ke otak.
Sebaliknya, otak mengirim sinyal listrik lainnya untuk memerintah
cara bereaksi pada sistem penglihatan, pendengaran dan otot-otot.
Dengan gerakan untuk meningkatkan energi dan minum air, banyak energi
elektromagnetis menjadi lancar sehingga komunikasi antar-otak dan
badan terjamin.

Ciri khas jika otak bagian atas dan bawah kurang bekerja sama adalah
bila bagian atas yang terhambat. Misalnya saja, anak bicara dan
bertindak pelan, kurang fleksibel, sulit melompat, kurang
berkonsentrasi, kurang terorganisasi, penakut, kurang percaya diri,
ragu-ragu, sulit dalam hubungan sosial dan di sekolah. Bila bagian
bawah yang terhambat menyebabkan cepat hilang keseimbangan,
mengabaikan perasaan atau menilainya negatif, bicara dan bertindak
terlalu cepat, serta ingin mendiskusikan segala hal.

Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah Tombol Bumi, Tombol
Keseimbangan, Tombol Angkasa, Pasang Telinga, Titik Positif, dan lain�
lain.


Tombol Bumi Letakkan dua jari tangan kanan di tengah dagu, sementara
telapak tangan kiri di daerah pusat (perut). Jari-jari telapak tangan
kiri menunjuk ke bawah (lantai). Gerakan mata dari bawah (lantai) ke
atas (langit-langit), lalu kembali ke bawah sambil melakukan napas
dalam, yaitu menarik napas dalam-dalam, dan membuangnya secara
perlahan. Lakukan selama 1 menit atau sekitar 4-6 kali napas dalam.
Ulangi gerakan untuk tangan lainnya.Manfaat : melatih mata untuk
melihat benda jauh-dekat, meningkatkan koordinasi tubuh, dan lainnya.

Tombol Keseimbangan:Sentuhlah tombol keseimbangan yang
terletak di belakang telinga kiri di perbatasan rambut (bawah tulang
tengkorak) dengan beberapa jari tangan kiri. Sementara itu, letakkan
telapak tangan di daerah pusat. Posisi kepala tetap lurus ke depan.
Setelah 30 detik, lakukan untuk tangan satunya lagi. Ulangi gerakan
hingga beberapa kali. Manfaat : meningkatkan konsentrasi, membuat si
kecil lebih siap menerima pelajaran.

Titik Positif: Sentuhlah dia titik dahi, kira-kira di antara perbatasan rambut dan alis. Lakukan selama 30-60 detik.Manfaat : menenangkan pikiran dan lain-lain.

Sabtu, 18 September 2010

Multiple Personality Disorder


by: devika

Multiple personality disorder (MPD), is a condition in which a patient displays numerous distinct identities or personalities. Each of the personalities, also known as alters, has its own way of perceiving, interacting and reacting with the environment. Patients diagnosed with MPD exhibit a wide array of symptoms that fluctuate with time. The severity of the condition also varies from patient to patient. Apart from the symptoms mentioned below, patients also experience other symptoms, such as those seen in epilepsy, schizophrenia, anxiety disorders, mood disorders, post traumatic stress disorder, personality disorders and eating disorders. Listed below are the signs and symptoms of multiple personality disorder.

Causes:

The precise cause is not known though DID is highly correlated with physical or sexual abuse in children, and many use dissociation as a defense. They seek to slip into a different state of mind where they are not being abused, and the abuse is occurring to someone else. Other evidence has linked DID with a history of brain injury and epilepsy. Onset is usually during childhood and most patients are female. DID may run in families; however, the genetic transmission question is unresolved.

Signs And Symptoms Of Multiple Personality Disorder:

Common Symptoms:

Amnesia:
Amnesia is one of the most common symptoms of multiple pers

Gerakan Brain Gym untuk Optimalisasi Bicara pada Anak Autis

 
Ini Brain Gym yang saya baca di buku "I am The Child". Tapi maaf, kalo ada yang salah, wong saya aja baru mulai mau nerapin juga. Brain gym ini fokus ke gerakan untuk anak kita yang terganggu perkembangan bicaranya. Kalau sulit dibayangkan gerakannya, maaf maaf banget. Emang paling enak kalau ada videonya ya?

1. Gerakan Meregangkan Otot :

yaitu kemampuan berguling dari posisi tiarap sampai ke posisi telentang, dan sebaliknya, kemampuan membedakan daerah tubuh dan memulai gerakan dari satu bagian tubuh.
Fungsinya: membantu bicara, pemahaman dan halangan lain yang terkait dengan bicara
2. Burung Hantu Reseptif:

terapis berdiri di belakang si anak dan meremas bahu si anak sambil menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Fungsinya: integrasi tengkuk, integrasi visi dan mendengarkan dengan gerakan seluruh tubuh, agar bisa mensejajarkan kepala dan leher dengan lebih baik, memperhatikan, membedakan dan persepsi auditori, memori, kemampuan berpikir dan bicara.

Jumat, 10 September 2010

5 Relationship Killers and How to Avoid Them

Margaret Paul, Ph.D.

As a relationship counselor, I am constantly being asked why so many relationships fail. In the 37 years that I have worked with couples, I have discovered five major relationship killers:

CONTROLLING BEHAVIOR

Most people enter a relationship with a deep fear of rejection, and this fear motivates various forms of controlling behavior. Controlling behavior falls into two major categories – overt control and covert control.

Overt control includes many forms of attack, such as blaming anger, rage, violence, judgment, criticism and ridicule.

Covert control includes compliance, enabling, withdrawal, defending, explaining, lying and denying. Often a person at the other end of attack will respond with some form of covert control in an attempt to have control over not being attacked.

Controlling behavior always results in resentment and emotional distance, bringing about the very rejection that it is meant to avoid.

RESISTANCE

Many people enter a relationship with a deep fear of being engulfed and controlled – of losing themselves. The moment they experience their partner wanting control over them, they respond with resistance – withdrawal, unconsciousness, numbness, forgetfulness, and procrastination.

When one partner is controlling and the other is resistant – which is really an attempt to have control over not being controlled - the relationship becomes immobilized. Partners in this relationship system feel frustrated, stagnant, and resentful.

NEEDINESS

Many people enter a relationship believing that it is their partner’s job to fill their emptiness, take away their aloneness, and make them feel good about themselves. When people have not learned how to take responsibility for their own feelings and needs, and to define their own self-worth, they may pull on their partner and others to fill them with the love they need.

SUBSTANCE AND PROCESS ADDICTIONS

Most people who feel empty inside turn to substance and process addictions in an attempt to fill their emptiness and take away the pain of their aloneness and loneliness. Alcohol and drug abuse, food, spending, gambling, busyness, Internet sex and pornography, affairs, work, TV, accumulating things, beautifying, and so on, can all be used as ways to fill emptiness and avoid fears of failure, inadequacy, rejection and engulfment. And they are all ways of shutting out your partner.

EYES ON PARTNER'S PLATE

Many people are acutely aware of what their partner is doing that is causing relationship problems, but completely unaware of what they are doing. For example, you might be very aware of your partner’s resistance or withdrawal, but totally unaware of your own judgmental behavior. You might be very aware of your partner’s anger, but completely unaware of your own compliance. You might be very aware of your partner’s addictive behavior, but very unaware of your own enabling. As long as your eyes are on your partner instead of on yourself, you will continue to believe that if only your partner changed, everything would be okay.

RESOLVING RELATIONSHIP KILLERS

All relationship killers come from fear – of inadequacy, of failure, of rejection and of engulfment. As long as you are coming from any of these fears, you will be behaving in one or more of the above ways.

The way out is to develop a loving adult self who knows how to take full responsibility for your own feelings and needs. You will move beyond controlling, needy and addictive behavior only when you learn how to fill your self with love and define your own inner worth. When you are willing to take your eyes off your partner’s plate and turn your eyes fully on yourself, you can begin to do the inner healing work necessary to heal yourself and your relationship.

A good place to start is to download our free Inner Bonding course and begin to practice the Six Steps of Inner Bonding. The daily practice of these steps will move you out of your addictive and controlling behavior and into the personal responsibility necessary to heal your relationship.

Kamis, 09 September 2010

5 Actions For Successful Relationships

Margaret Paul, Ph.D.

Couples that have a very good relationship are not just lucky. Successful, loving relationships do not just happen. The couples that have loving relationships are taking specific actions that people in unsuccessful relationships are not taking.

ACTION 1 - KINDNESS TO SELF AND OTHER

Think for a moment about how you go through your day. Are you focused on what you don’t like in yourself or your partner? Do you spend much of your thinking time judging yourself or your partner? Or, do you make the spiritual attribute of kindness to yourself and others, including your partner, your highest priority?

People in successful relationships treat themselves and their partner with kindness – kind words, kind actions, kind looks, kind listening, and kind thoughts. It is far more important to them to be kind than to try to control their partner with anger, judgment, criticism, irritation, blame, resistance or withdrawal.

ACTION 2 - PERSONAL RESPONSIBILITY FOR FEELINGS

People in loving relationships do not make their partner responsible for their feelings. When they feel angry, hurt, anxious, depressed, resentful, irritated, guilty, or shamed, they look within at their own thoughts and behavior that may be causing their painful feelings. They do not see themselves as victims of their partner’s choices. Rather, they learn how to manage their own feelings without dumping their upset on their partner. When they can’t manage their own feelings, they get the help they need rather than dump anger, blame, anxiety or depression onto their partner.

ACTION 3 - ORGANIZATIONAL RESPONSIBILITY

People in successful relationships take responsibility for managing their time and space in ways that work for themselves and their partner. They make sure they have enough time with each other to talk, learn, resolve conflict, play and make love. The make sure they have time with children, time for chores, time for work and time for relaxation. They take care of their mutual living spaces in ways that respect their partner’s needs. If one partner tends to be neat and the other messy, they both strive to make their living environment pleasant for both of them rather than either of them complying, controlling, or resisting. Because their highest priority is kindness to themselves and each other, they are motivated to discover ways of living together that meets both of their needs.

ACTION 4 - FINANCIAL RESPONSIBILITY

Successful couples make sure that they not only earn enough to support themselves, but they learn how to manage their money in ways that do not create stress for themselves or their partner. They decide mutually if both of them will work or not. Partners in loving relationships do not unilaterally decide to stop working and live off the other person. Nor does either partner make unilateral financial decisions that have a negative effect on the other partner.

In successful relationships, one partner does not spend money in such as way as to create stress for the other person. Loving partners mutually decide on their budget and then both of them stick to it.

ACTION 5 - HEALTH AND WELLBEING

When two people care deeply about themselves and each other, they strive to take care of their physical health. Loving partners do not behave in ways that cause their partner to fear for their wellbeing. They do not take unnecessary risks, such as riding a motorcycle without a helmet, or participating in activities that could harm their eyes without wearing goggles. They don’t drink and drive. They eat well, get enough exercise, and don’t smoke. People in loving relationships do not want their partner to suffer the grief of their loss through premature illness, so they strive to take good care of themselves – partly out of caring for themselves, and partly out of caring for their partner.

Once again – successful relationships don’t just happen. They are the result of each person taking physical, emotional, financial, organizational, and spiritual responsibility within their relationship.

Margaret Paul, Ph.D. is the best-selling author and co-author of eight books, including "Do I Have To Give Up Me To Be Loved By You?" and “Healing Your Aloneness.” She is the co-creator of the powerful Inner Bonding® healing process. Learn Inner Bonding now! Visit her web site for a FREE Inner Bonding course: http://www.innerbonding.com or email her at margaret@innerbonding.com. Phone sessions available.

Rabu, 08 September 2010

10 Signs of a Healthy Relationship

Margaret Paul, Ph.D.

“My parents had a very good relationship,” I often hear my clients say.

“What do you mean by good?” I ask.

“They didn’t fight. They spent a lot of time with each other.”

That may have been the definition of a good relationship years ago, but now most people want more. Following are ten signs of a healthy relationship.

KINDNESS

Is kindness more important to each of you than having your way, being in control, or being right? Do you each receive joy out of being kind to each other? Being kind rather than controlling with each other is essential for a healthy relationship.

SPONTANEOUS WARMTH AND AFFECTION

Do you and your partner well up with warmth and fullness of heart for each other and express it with affection? Are you each able to see the beautiful essence within each other, rather than just the faults? Are you able to get beyond the outer to the unique inner Self of each other? Do you enjoy sharing affection? Warmth and affection are vital for a healthy relationship.

LAUGHTER AND FUN

Can the two of you laugh and play together? Do you appreciate and enjoy each other’s sense of humor? In the midst of difficulties, can you help each other to lighten up with humor? Can you let down and be playful with each other, letting yourselves be like kids together? Laughter and fun play a huge role in a healthy relationship.

ENJOYING TIME TOGETHER AND TIME APART

Are you both each other’s favorite person to spend time with? Are you motivated to set aside time just to be together?

Do both of you have friends and interests that you enjoy doing? Are both of you fine when you are not together?

Some couples spend a lot of time together because they really enjoy it, while others spend a lot of time together out of fear of being alone. It is important for a healthy relationship for each person to have friends and interests, so that they are not dependent on each other. Dependency is not healthy in a relationship, particularly emotional dependency.

A METHOD FOR CONFLICT RESOLUTION

All relationships have some conflict. It is not the conflict that is the issue, but how you deal with it. Do you have a method for resolving conflict, or do the issues just keep getting swept aside? If fighting is part of how you deal with conflict, do you fight fair, or are you hurtful when you fight?

LETTING GO OF ANGER

If one or both of you get angry, do you hang on to it, punishing your partner with it, or can you easily let it go? In healthy relationships, both partners are able to quickly move on, back into kindness and affection.

TRUST IN YOUR LOVE FOR EACH OTHER

Do you each trust that the love is solid, even in very difficult times between you? Do you each know that you can mess up, fail, disappoint the other, emotionally hurt the other – and the love will still be there? Do you each know that the love is about who you are, not what you do? This level of trust is essential for a healthy relationship.

LISTENING, UNDERSTANDING, ACCEPTING AND LEARNING

Do you each feel heard, understood and accepted? Can you share your secrets with your partner without fearing being judged? Are you each more interested in learning about yourselves and each other than you are in controlling each other? Is listening to each other with an open heart and a desire to understand more important than judging each other or defending yourselves?

SEXUALITY

Is your sexual relationship warm and caring? Can you be sexually spontaneous? Can you talk with each other about what brings pleasure to each of you?

FREEDOM TO BE YOURSELF

Do you each feel free to be all that you are? Do you each feel supported in pursuing what brings you joy? Does your partner feel joy for your joy?

While some people may naturally be open, kind, affectionate, accepting, and emotionally responsible for themselves, most people need to heal the fears and false beliefs they learned in their families. Healthy relationships evolve as each person evolves in his or her ability to be loving to themselves and each other.

Margaret Paul, Ph.D. is the best-selling author and co-author of eight books, including "Do I Have To Give Up Me To Be Loved By You?" and “Healing Your Aloneness.” She is the co-creator of the powerful Inner Bonding® healing process. Learn Inner Bonding now! Visit her web site for a FREE Inner Bonding course: http://www.innerbonding.com or email her at margaret@innerbonding.com. Phone sessions available.